Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Monday 10 August 2015

Istana Gebang, Rumah semasa kecil Bung Karno yang berada di Blitar

Sedikit mengulas tentang Soekarno (Bung.Karno) adalah Bapak pendiri bangsa Republik Indonesia, Soekarno lahir di Kota Surabaya, Jawa Timur 6 Juni  1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjon dan Ida Ayu Nyoman Rai. Tapi semasa remaja karena ayahnya bertugas menjadi guru di Kota Blitar sekitar tahun 1917, presiden pertama RI itu kerap tinggal di kota seluas 32,58 kilo meter persegi tersebut. Di kota ini juga, Presiden RI dengan nama asli Koesno Sosrodihardjo itu dimakamkan. Rumah Soekarno saat remaja itu masih terawat dan kini menjadi milik Pemerintah Kota Blitar karena telah dibeli dari ahli waris keluarga kakak kandung Soekarno bernama Sukarmini Wardojo senilai Rp35 miliar pada tahun 2011 lalu dan kini dibuka untuk umum, dan sekarang disebut Istana Gebang.
Ada apa aja di Istana Gebang, Rumah semasa kecil Bung Karno ini

Istana Gebang adalah rumah kediaman mantan Presiden Soekarno di Kota Blitar, Jawa Timur. Rumah ini berada di Jalan Sultan Agung Blitar, sekitar 2 kilometer dari Makam Bung Karno. Setiap tanggal 6 Juni, hari kelahiran Bung Karno, di rumah ini diselenggarakan acara haul dengan menampilkan berbagai macam kesenian.

Istana Gebang sekarang sudah lebih ramai dari beberapa tahun yang lalu saat mimin pertama kali dateng ke sini. Sekarang sudah dikelola sama pemerintah kota, begitu masuk pintu gerbang ada deretan PKL yang menjual berbagai macam buah tangan khas Blitar, bahkan di dalam Istana Gebang juga ada lapak serupa. Masuk kesini gratis kok, tinggal ngisi buku tamu aja tapi tetep ada kotak sumbangan sukarelanya.
oh iya,, Disebut Istana Gebang karena rumah yang terletak di atas lahan seluas hampir 2,4 hektar itu berada di Dusun Gebang Kelurahan Sanawetan Kecamatan Sanawetan Kota Blitar, Jawa Timur.



Istana Gebang terdiri dari sembilan rumah antara lain 1 rumah induk, 1 rumah untuk balai kesenian dan mushola, 1 rumah untuk kepentingan rumah tangga terdiri dari dapur, garasi, ruang makan serta kamar mandi. Selain itu ada 1 rumah untuk pembantu rumah tangga. Rumah inilah yang ditempati sang juru kunci istana dan keluarganya.

Istana Gebang juga dilengkapi 1 rumah untuk penjaga kuda serta supir mobil, 1 rumah untuk lumbung padi, 1 rumah untuk kandang kuda. “Tapi kandang kuda ini sudah dijadikan rumah pengawal (paspampres,red) dan kamar mandi mereka. Selain itu, ada 1 unit rumah paviliun yang dulunya dijadikan kos-kosan untuk anak sekolah serta 1 rumah khusus untuk keluarga atau saudara yang ingin nginap.
Istana Gebang juga dilengkapi 1 rumah untuk penjaga kuda serta supir mobil, 1 rumah untuk lumbung padi, 1 rumah untuk kandang kuda. “Tapi kandang kuda ini sudah dijadikan rumah pengawal (paspampres,red) dan kamar mandi mereka. Selain itu, ada 1 unit rumah paviliun yang dulunya dijadikan kos-kosan untuk anak sekolah serta 1 rumah khusus untuk keluarga atau saudara yang ingin nginap.

Untuk rumah induk sendiri pernah direhab bagian atapnya pada tahun 1951 dari bentuk limas menjadi srotong yakni berbentuk segitiga. Jenis genteng di istana ini juga pernah diganti yakni dari bentuk lama ‘Slumpreng’ ke model karang tilang. “Lantai rumah induk juga diganti sekitar tahun 1980-an oleh pemerintah provinsi Jawa Timur saat sekdanya dijabat Pak Tri Maryono. Tegel lama ukuran 20 sentimeter diganti dengan tegel traso ukuran 30 senti,” kata Bambang.

Di ruang tamu, masih tertata rapi tiga set kursi ‘sedan’ salah satunya dibeli langsung ayah dan bunda Soekarno.Kursi ni terbuat dari kayu ‘sono’. Dua set lain milik kakak Soekarno terbuat dari kayu jati. Kursi kayu dengan sandaran serta dudukkan dari rotan itu tidak boleh diduduki walau masih terlihat kuat dan kokoh. Mejanya masih ditutupi dengan taplak dari hasil sulaman Sukamini Wardojo, kakak Soekarno.
Ada dua kamar spesial untuk tamu dibagian selatan rumah. Kamar paling depan untuk tamu laki-laki dan disampingnya untuk tamu perempuan. Kamar Bung Karno berada tepat di depan dua kamar tamu tersebut lalu ada kamar untuk kakak Soekarno serta ayah bundanya. Kamar Soekarno tidak dilengkapi lemari baju. “Karena beliau hanya pulang ke rumah kalau liburan,” kata Bambang.

Seluruh tempat tidur di lima kamar tersebut terbuat dari besi bulat yang dicat putih dilengkapi penutup anti nyamuk atau kelambu warna putih. Kasur dan bantal yang dijadikan tilam untuk sang proklamator tidur terbuat dari kapuk ‘randu’. Tak ada yang istimewa di kamar ini. Untuk kamar tamu serta orangtuanya dilengkapi lemari kayu jati serta meja rias.

Khusus di kamar ayah dan bunda Soekarno, radio tua merk Philips Transistor milik mereka masih tertata dengan rapi. Hanya saja, radio ini sudah tak berfungsi lagi. Soekarno semasa menjadi presiden sering tidur di kamar milik ayah bundanya. Di kamar ini juga diletakan payung warna putih dan tombak. Ini adalah hiasan di kamar atau rumah yang menjadi tradisi Jawa. Di ruang tamu sendiri masih terpasang empat buah payung disudut ruangan yakni payung warna merah, biru, putih dan kuning.

Meja berisi radio listrik Erres buatan Inggris dan gramofon masih terawat dan terletak rapi di salah satu sudut ruang keluarga. Gramofon adalah media untuk memutar piringan hitam. Dua media ini tidak lagi berfungsi.

Ruang keluarga ini juga dilengkapi 2 set kursi sedan, 1 set kursi goyang, 2 set buffet, 1 set meja kerja kakak
Bung Karno yang diatasnya masih tertata rapi sebuah mesin tik merk Royal. Mesin tik ini masih berfungsi dengan baik hanya saja sudah tidak lagi digunakan untuk mengetik naskah. Berbagai aksesoris peninggalan ayah bunda dan Soekarno sendiri seperti tongkat kepala gading tertanggal 4 November 1952 masih tergantung di sudut selatan ruang keluarga. Di atas meja masih teronggok 1 set pakinangan atau tempat sirih milik ibunda Soekarno. Pakinangan ini masih terawat karena terbuat dari kuningan. Ratusan foto Bung Karno dan keluarga serta anak-anaknya masih tertata rapi di hampir seluruh sudut ruangan rumah utama.
Untuk menuju ke dapur harus melewati ‘doorlope’ semacam teras penghubung sepanjang tiga meter dan langsung bertemu dengan ruang makan Soekarno dan keluarganya. Ruang makan ini berada satu gedung dengan gudang, kamar pembantu rumah tangga, toilet dan garasi mobil.

Gedung ini memiliki teras cukup luas dimana ada 12 buah kursi dan dua buah meja yang terbuat dari kayu jati diletakan di teras tersebut. Dia teras inilah, kata Bambang In Mardiono menjadi tempat Soekarno bertemu Supriyadi, pemimpin Pembela Tanah Air (PETA).

PETA adalah kesatuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang. PETA dibawah kepemimpinan Supriyadi memberontak terhadap Jepang di Blitar pada 14 Februari 1945. Supriyadi, Ismail, Muradi dan  dan sejumlah rekannya dari Batalyon Blitar menyusup ke rumah Soekarno sebelum mereka memberontak setelah tahu Soekarno sedang pulang ke Blitar saat itu.

“Disinilah (teras,red) Supriyadi mengungkapkan rencananya kepada Bung Karno kalau mereka akan memberontak. Supriyadi lewat dari belakang rumah,” kata Bambang.

Kursi dan meja makan yang dipakai Soekarno dan orang tuanya masih terlihat kokoh. Ada delapan buah kursi kayu dan meja berukuran cukup panjang didalam ruang makan keluarga tersebut. Ruang makan ini cukup sesak karena diletakan juga dua buffet untuk menyimpan gerabah atau alat pecah belah serta dua lemari makan. Disamping ruang makan terdapat semacam gudang untuk menyimpan perkakas masak, kotak penyimpanan beras yang mampu menyimpan sekitar 100 kilogram beras, pipisan jamu (alat untuk menggiling jamu) dan lainnya termasuk dua buah lampu petromak dan 1 buah lampu teplok.

Ke arah timur dari ruang makan ada sebuah sumur yang airnya masih jernih dan sering dipakai untuk mengusap wajah orang-orang yang kesurupan. Sumur tua ini kedalamannya hampir 13 meter dimana ada sebuah kamar mandi utama berukuran 1×2,5 meter didekatnya. Soekarno ikut mandi disini karena ini adalah satu-satunya kamar mandi di rumah tersebut kala itu. Pintu kamar mandi yang ukurannya tak cukup satu meter itu terbuat dari besi dan didesain untuk pintu dorong atau geritan.

Di depan kamar mandi utama ada payon atau dapur. Sebuah payonan atau tungku tanah masih kokoh dan digunakan. Disamping dapur tanah ini ada 2 unit gudang tertutup dan terbuka serta tempat pemeliharaan kuda untuk andong atau kereta kuda milik keluarga. Ruangan ini telah dialihfungsikan untuk tempat tinggal pengawal kala itu.


Yang tak kalah menarik adalah garasi mobil yang berada dekat gedung kesenian dan mushola. Di garasi ini terparkir sebuah mobil Mercedez Type 190 warna hitam. Ini mobil buatan tahun 1961 yang dipesan khusus oleh Bung Karno. Mobil ini memiliki stir di sebelah kanan dan mampu menyempurkan tenaga hingga 1900 tenaga kuda. Soekarno sengaja menyuruh pabrik Mercedez untuk memasang logo ‘merah putih’ di bagian kanan depan mobil tersebut.

Mobil yang diberi plat polisi AG 390 N ini masih bisa dipakai. “Tapi tidak untuk jalan jauh,” kata Bambang.
Mobil lanjut dia sengaja dibawa dari Bogor ke Blitar tahun 1961. Supir yang membawa mobil ini bernama Hidayat. setelah tiba di Blitar, tugas Hidayat untuk mengemudikan mobil ini diserahkan kepada Rasid. Hampir semua pengunjung Istana Gebang berfoto di mobil milik Soekarno ini.

Dalam sehari, jumlah pengunjung istana Gebang sekitar 300 orang diwaktu-waktu normal. “Kalau liburan bisa sampai 1000-an orang,” kata Bambang.

Miskanto, staf UPTD Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Dinas Pariwisata dan Perdagangan Pemko Blitar, istana gebang ini menjadi salah satu wahan wisata di kota Blitar dan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) walau sebenarnya untuk masuk ke istana tersebut bersifat gratis. Pasalnya, UPTD PPIP juga mengelolah istana Gebang serta makam Bung Karno hanya berjarak sekitar dua kilo meter.

Istana Gebang yang kini menjadi milik pemerintah daerah Kota Blitar ini menurut Miskanto diharapkan menjadi daya tarik wisatawan asing maupun domestik karena barang-barang milik sang proklamator RI dan keluarganya yang ada didalam istana tersebut masih original.***


Sumber Link

No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates